Saya memulainya beberapa saat setelah matahari tenggelam. Cahaya yang sepanjang siang menutupi langit makin memudar, meninggalkan benda-benda langit yang gemerlapan menggantikan. Mercurius dan Venus yang sedang dalam fase sabit serta Saturnus dengan cincin dan beberapa satelit alaminya perlahan mengikuti terbenamnya mentari di arah barat. Beberapa bintang dalam rasi Leonis pun ikut mengantar kepergian planet-planet itu. Tampak pula Jupiter yang ditemani oleh rasi kalajengking di arah timur dan rasi Centaurus jika pengamat sedikit melayangkan pandang ke arah selatan. Jangan lupa pula menengok empat bintang terang yang membentuk rasi Crux di dekat Centaurus.
Objek langit di daerah perkotaan, apalagi yang padat, pasti masih malu menampakkan dirinya di daerah horizon karena lampu kota yang berbinar-binar. Ada baiknya menunggu objek langit yang ingin diamati berada pada daerah zenith (atas kepala), daerah dengan halangan -polusi cahaya, atmosfer, apalagi gedung-gedung tinggi- paling sedikit.
Saya pun menunggu Jupiter, rasi Scorpius dan diikuti Sagitarius hingga berada pada zenith sekitar pukul 21. Objek langit yang malam ini saya buru adalah Trifid Nebula dan Lagoon Nebula yang berada sekitar 10 – 15 derajat dari Jupiter ke arah timur.
Rasi Scorpius dapat dengan mudah dikenali, pertama kebetulan dekat dengan Jupiter di malam itu.Kemudian dapat dikenali dari tiga (4 jika kondisi tempat pengamatan cukup gelap) bintang sejajar yang dapat dibayangkan sebagai kepala dan 10-12 bintang yang membuat badan hingga ekor dengan salah satu bintang di ujung ekornya ada sebuah bintang yang berdekatan. Gambar dari rasi Scorpius dapat dilihat pada gambar. Bintang paling terang, atau biasanya disebut sebagai Alpha dari sebuah rasi dalam hal ini Alpha Scorpius berada pada bagian badannya.
Melihat dari software peta bintang, Nebula yang saya buru berada lebih dekat dari rasi Sagitarius. Jadi saya coba dulu identifikasi sagitarius.. tapi ternyata hanya beberapa bintang yang dapat dikenali. Mencoba menebak letak nebula dengan patokan rasi, ternyata tidak mudah dari yang direncanakan.
Karena tidak ada bintang paling dekat dari objek yang saya buru yang mudah dikenali dengan mata telanjang, pengamatan jadi terasa sulit dan membosankan. Jadi saya jalan-jalan dulu lihat objek lainnya seperti Cluster Ptolemy (M7) yang berada dekat sekali dari ekor Scorpius dan Butterfly Cluster (M6). Cluster adalah gugus atau kelompok bintang sebanyak ratusan hingga ribuan yang saling berdekatan.
Ternyata proses panjang itu dengan mudah dipecahkan dengan cara praktis berikut. Pertama, arahkan teleskop ke arah Jupiter dengan perbesaran minimum. Misalkan dengan teleskop yang saya pakai, 70mm dan panjang fokus 900mm pakai eyepiece 20mm, perbesarannya 45x. Perbesaran seperti itu memudahkan untuk survei langit langsung dari eyepiece. Gerakkan perlahan-lahan teleskop ke arah Timur (turun).. terus sampai terlihat semacam area blur, klo beruntung ada warnanya juga. Tempatkan objek berada pada tengah area pandang teleskop dan ganti eyepiece dengan perbesaran lebih tinggi atau ukuran eyepiece yang lebih besar. Misalkan menjadi eyepiece 6mm, perbesaran 150x. Nah.. dapet deh..
Perencanaan memang tidak selalu sesuai dengan teknis di lapangan. Tapi tetap saja, kita perlu untuk membuat perencanaan agar meminimalis kesalahan yang bisa jadi membuat proses lebih lama karena terus mengalami pengulangan dan tidak ada landasan dalam bertindak.